KATA YANG KOSONG

Posted: Januari 15, 2009 in Prosa Lirik
Tag:, ,

Satu kata, dua kata, satu kalimat, dua kalimat, satu paragraph, dua paragraf. Jarimu berhenti di ujung kata, di akhir tanda, titik. Kau amati, kau cermati, kau resapi seluruh barisan kata itu, “ahh…, bukan harus seperti ini “, gumammu. Lalu kau bawa jarimu pada kata dalam sebilah kotak, menekannya terus tanpa ragu, yang menjadikan dia kembali seperti semula, tanpa coretan, bersih, putih, dan hanya menyisakan satu garis hitam tegak lurus yang terus mengedip, perlahan-lahan, berulang-ulang.

Masih kau pandangi dia, lama…, bahkan terlalu lama. Kau pejamkan matamu, “mungkin dalam gelap (gelap saat matamu memandang dan pikiranmu terus berlarian kesana kemari mencari celah, mencari cara tuk menghimpun sesuatu yang kini terbang berkelebatan di benakmu) kau akan lebih mudah menangkap sesuatu itu”, pikirmu, sesuatu yang kini datang dengan hanya membawa potongan-potongan tak utuh, gambar-gambar yang tak jelas, buram dan mengabur.

Sesaat kemudian kau mencoba mengulang kembali proses itu, membawa dirimu pada ladang khayalan, namun tetap tak kau temukan apa yang kau harapkan. Kau selalu saja berakhir pada kebuntuan. Pikiran itu masih tersekat, tercekat dalam kekosongan dan kau hanya mampu terdiam dalam kebisingan kata yang tak sanggup tuk kau tangkap atau kau alurkan.

Semua masih menanti (dan semua telah bosan menunggu. Jari-jari, bilah-bilah huruf, garis hitam tegak lurus yang masih berkedip-kedip), namun kau tak bereaksi. Kau tetap diam menatap lembaran yang masih tanpak putih. Tak ada warna lain selain segaris hitam yang tegak berdiri pada awalan yang mungkin tak akan bergerak menuju akhiran. Nafas panjangmu pun berhamburan keluar, menandakan bahwa kau menyerah. Kau akhirnya harus merelakan ketika suatu situasi meretas sesuatu dalam pikiranmu, sesuatu yang kau coba tuk kau jadikan sebagai arena kata-katamu.

Komentar
  1. fitri hermawati berkata:

    semoga akan datang hari dimana kata itu taklagi kosong, taklagi sunyi…
    adalah kata yang terus datang bersahutan, saling terangkai dalam baitbait, dalam paragrafparagraf hingga tiaptiap lembar taklagi putih…
    taklagi kosong…
    taklagi sunyi…

    semoga…

    salam,
    fitri

  2. gin berkata:

    hehehe…sang kata memang luarbiasa. bila ia menggegam rasa, maka kerdilah rasa. bahkan ketika senyap membelenggu.

  3. Den Bandung berkata:

    aku suka karya-karyamu

Tinggalkan komentar